Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor Diluncurkan di Jembrana

Editor: Makmun Hidayat

Hasil produksi hortikultura ini diharapkan dapat menjadi subtitusi buah impor yang berasal dari Filipina  dan memenuhi kebutuhan lokal, seperti hotel dan lain-lain sehingga dapat menekan defisit perdagangan nasional.

Namun, dalam pengembangannya memang masih terdapat beberapa tantangan seperti lemahnya sumber daya manusia, kelembagaan petani, terbatasnya modal, kurangnya pendampingan dan inovasi teknologi, serta terbatasnya akses pasar.

“Solusinya, perlu ada kerja sama kemitraan antara pemerintah dan swasta yang dapat membantu petani dalam merancang pola produksi hingga pemasaran untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk ekspor. Hal ini penting agar petani kita menjadi lebih mandiri, tangguh dan mampu bersaing di pasar global,” tutur Susiwijono.

Sebagai program prioritas, Kemenko Perekonomian akan mengoordinasikan melalui integrasi kebijakan, yaitu  penyediaan lahan melalui optimalisasi kebijakan pemanfaatan lahan Perhutanan Sosial, peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk, peningkatan akses pembiayaan petani melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), peningkatan akses pasar melalui e-commerce; 5) dukungan logistik, pembangunan sarana prasarana/infrastruktur transportasi, dan dukungan kebijakan tarif dan perdagangan internasional.

Komitmen dan dukungan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten) berupa penyediaan lahan, pembangunan infrastruktur pendukung, penguatan kelembagaan petani, akses pembiayaan, dan pendampingan kepada petani akan menjadi kunci keberhasilan program ini. Tentunya dengan didukung oleh kementerian teknis terkait, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian.

Lihat juga...