Mayoritas DAS di Bedadung-Jember, Kritis

JEMBER – Data yang dihimpun dari penelitian dengan metode Geographic Information System (GIS) yang dilakukan oleh Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian (PSDAP) Program Pascasarjana Universitas Jember (UNEJ), menyebutkan 65 persen Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedadung di Kabupaten Jember, Jawa Timur dalam kondisi kritis akibat erosi berat.

“Salah satu penyebab erosi adalah penebangan hutan dan alih guna lahan yang masif, terutama di daerah hulu DAS Bedadung,” kata ketua panitia yang juga mahasiswa PSDAP UNEJ, Fauzan Mas’udy, di Jember.

Jika kondisi itu dibiarkan, lanjut dia, maka bencana seperti banjir, erosi, sedimentasi dan longsor akan lebih sering terjadi di Jember, terutama di daerah hilir.

“Untuk mengatasi kondisi itu, mahasiswa Program Studi PSDAP UNEJ menanam 3.000 bibit pohon di tiga dusun di Desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, dan kegiatan itu sekaligus memperingati Hari Tanam Pohon Sedunia,” ujarnya.

Menurutnya, pemilihan Desa Sucopangepok sebagai lokasi penanaman pohon, karena Desa Sucopangepok termasuk dalam hulu DAS Bedadung dengan kondisi kemiringan lahan yang mencapai 40 persen.

“Kami sengaja memilih Desa Sucopangepok, karena menjadi salah satu lokasi hulu DAS Bedadung yang menyuplai air melalui sungai Bedadung ke berbagai daerah pertanian di Jember,” katanya.

Ia menjelaskan, seharusnya hulu DAS yang kemiringannya mencapai 40 persen wajib ditetapkan sebagai daerah konservasi, agar pasokan air terjaga, dan meminimalkan longsor serta erosi.

“Untuk menyukseskan kegiatan tanam pohon, kami menggandeng perangkat desa, petani dan tokoh masyarakat Desa Sucopangepok untuk menanam 3.000 bibit tanaman buah dan kayu keras di lahan seluas 5 hektare di tiga dusun, yakni Dusun Krajan, Lengkong dan Gujuran,” ujarnya.

Lihat juga...