Sambala Cobo cobo, Kuliner Khas Warga Way Sekampung

Editor: Koko Triarko

Kerang Cobo cobo setelah diperoleh dari sungai akan dibersihkan terlebih dahulu. Sebelum mengolahnya, Murni mengaku kerap mendiamkannya di dalam ember. Fungsinya untuk menghilangkan kotoran pasir dan lumut.

Proses pembersihan lanjutan bisa dilakukan dengan menyikat cangkang Cobo cobo sebelum direbus, agar benar-benar bersih.

Pembersihan Cobo cobo dengan air mengalir, menurut Murni menjadi pilihan agar kualitas rasa lebih lezat. Setelah dibersihkan, Cobo cobo bisa direbus dalam panci dengan air mendidih.

Selama proses merebus, Cobo cobo harus diaduk agar pematangan lebih merata, ditandai dengan cangkang yang terbuka. Daging Kerang Cobo cobo akan terlihat berwarna putih kekuningan dengan aroma yang menggugah selera.

“Cobo cobo sudah lezat disantap setelah direbus, cukup dengan garam, bawang merah dan cabai, tapi akan makin lezat saat ditambah sambala cabai merah,” tutur Murni.

‘Sambala’ dalam bahasa Bugis berarti sambal. Suku yang dominan mendiami tepian sungai Way Sekampung menjadikan Cobo cobo sebagai kuliner alternatif saat kemarau. Sebab, saat lahan tambak kering, warga tidak bisa memperoleh ikan bandeng dan udang vaname.

Pembuatan sambala menjadi pelengkap menyantap Cobo cobo yang sudah direbus, agar memiliki sensasi pedas.

“Sambala dibuat dengan campuran cabai merah, garam dan penyedap rasa dengan jumlah cabai yang banyak, agar pedas,” ungkap Murni.

Sambala yang dibuat pedas dengan aroma khas cabai merah, sekaligus untuk mengurangi rasa amis Cobo cobo. Sebab, proses menyantap Cobo cobo dilakukan dengan mencocol. Selain Sambala dari cabai merah, pilihan lain bisa memakai saus tomat untuk menambah kelezatan.

Lihat juga...