Krisis Air Bersih Melanda 22 Kecamatan di Lebak
LEBAK – Krisis air bersih masih melanda 22 kecamatan di Lebak, Banten. Kemarau panjang menyebabkan kekeringan begitu terasa di daerah tersebut.
“Hingga Minggu (17/11/2019) kami masih mendistribusikan air bersih ke daerah-daerah yang dilanda krisis air bersih,” kata Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Kaprawi.
BPBD Lebak mendistribusikan pasokan air bersih dilakukan secara bergantian. Armada angkutan tangki hanya ada tiga unit kendaraan, dengan kapasitas 18.000 liter. Pendistribusian bantuan air bersih tersebut dilakukan, setelah masyarakat mengajukan permohonan yang ditujukan kepada Bupati Lebak Iti Octavia, dan diketahui camat dan desa atau kelurahan.
Panjangannya prosedur tersebut dikarenakan, pengadaan air bersih untuk bantuan tersebut, menggunakan dana APBD. “Sehingga perlu dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Karena itu, BPBD meminta warga yang dilanda krisis air bersih untuk mengajukan permohonan dan diketahui camat dan desa atau kelurahan. “Kami tidak melayani pendistribusian air bersih jika masyarakat tidak mengajukan,” tandasnya.
Ke-22 kecamatan yang dilanda krisis air bersih tersebar di Kecamatan Malingping, Sajira, Cipanas, Bojongmanik, Leuwidamar, Cirinten, Warunggunung, Gunungkencana, Cihara, Wanasalam dan Panggarangan. Kemudian Kecamatan Bayah, Cigemblong, Cijaku, Cilograng, Cimarga, Muncang, Bayah, Cilograng, Cikulur, Cileles dan Cibadak. Masyarakat yang dilanda krisis air bersih itu untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK) terpaksa mendatangi aliran sungai, kolam dan sumber mata air.
Selama ini, persediaan air bawah tanah melalui sumur timba dan jetpump listrik mengalami kekeringan akibat kemarau panjang. “Semua warga yang dilanda krisis air bersih itu belum terlayani PDAM setempat,” katanya. Sejak beberapa hari terakhir ini, hujan lebat disertai angin kencang sudah mulai terjadi. Namun, belum memenuhi ketersediaan air bersih bawah tanah. Apalagi, curah hujan itu dengan kapasitas ringan dan sedang.