Warga Lamtim Raup Puluhan Juta Hasil Budidaya Cabai di Pekarangan

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

LAMPUNG — Pemanfaatan potensi lahan terbatas didukung fasilitas memadai menjadikan musim kemarau bukan penghalang untuk bertani. Memanfaatkan lahan perkarangan seluas seperempat hektare, warga Lampung Timur ini mampu menghasilkan rupiah hingga Rp52,5 juta dari hasil panen.

Robangi, warga Desa Braja Yekti,Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur (Lamtim) mengatakan, pemanfaatan pekarangan rumah diawali dengan proses pengolahan lahan. Selama musim tanam kemarau (gadu) sumur bor dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.

Perawatan tanaman cabai merah berjumlah 4000 batang menurut Robangi dilakukan secara intensif. Sebab sejak dipindahkan dari persemaian pada usia 20 hari, tanaman cabai harus berhadapan dengan organisme pengganggu tanaman (OPT) berupa gulma rumput.

“Karena jumlah tanaman terbatas proses perawatan lebih mudah dilakukan dengan pemeriksaan setiap tanaman terkena hama sembari melakukan proses pengikatan batang cabai dengan ajir bambu agar lebih kokoh,” ungkap Robangi saat ditemui Cendana News, Senin (7/10/2019)

Penanaman cabai dalam jumlah terbatas  menyesuaikan luasan lahan pekarangan dan kapasitas sumur bor yang dimiliki. Resiko kegagalan yang tinggi pada budidaya cabai keriting membuat ia rutin merawat tanaman agar minim serangan hama.

Pada kondisi normal tanaman cabai keriting sudah mulai bisa dipanen pada usia 75 hingga 90 hari secara bertahap. Cabai bisa dipanen saat telah berwarna hijau kemerahan.

“Frekuensi panen bisa mencapai delapan kali bertahap mulai panen batang hingga grantingan menyesuaikan tingkat kematangan buah,” tuturnya.

Penanaman cabai keriting disebutnya membutuhkan kemampuan melihat pangsa pasar. Sebab pada awal tahun hingga pertengahan tahun 2019,harga cabai mengalami penurunan. Sejumlah petani cabai keriting pernah mengalami anjloknya harga cabai hingga hanya mencapai Rp15.000 di level petani. Harga tersebut sangat merugikan karena mahalnya biaya operasional.

Lihat juga...