Warga Lamsel Panen Raya Melinjo

Editor: Koko Triarko

“Perakaran yang dalam pada melinjo membuat sumber air terjaga, sehingga tanaman melinjo bisa jadi investasi lingkungan juga,” paparnya.

Biji melinjo yang sudah dipetik, katanya, bisa menjadi sumber penghasilan bagi sejumlah ibu rumah tangga. Saat pengupasan kulit melinjo, ia kerap memberi upah sekitar R45.000 bagi ibu rumah tangga yang membantu pengupasan. Selain mendapat upah, sebagian kulit bisa dibawa pulang menjadi olahan kuliner yang lezat. Sebagian kulit melinjo dijual kepada pedagang sayuran.

Biji melinjo kupas yang dijual Rp35.000 per kilogram bisa dibuat menjadi keripik atau emping, yang belum digoreng pada level perajin kerap dijual Rp50.000 per kilogram. Dalam kondisi matang, dalam kemasan per kilogram emping bisa dijual Rp100.000 atau Rp25.000 untuk ukuran 250 gram. Budi daya melinjo, menurutnya selain sebagai investasi menjadi mata rantai sumber ekonomi bagi masyarakat.

Hasanah, pedagang sayuran yang menjual melinjo mengaku menjual daun, bakal buah dan kulit. Juga menjual emping melinjo yang mentah, sehingga pembeli bisa menggorengnya di rumah.

Kulit melinjo dan emping dengan mudah diperoleh saat kemarau. Sebab, memasuki musim panen raya, kondisi cuaca mempercepat proses pengeringan.

“Sayuran kulit melinjo, daun melinjo bisa jadi alternatif bagi untuk kuliner sebagai makanan tradisional,” cetus Hasanah.

Melinjo yang sudah dibuat menjadi emping kerap dibeli oleh pemilik usaha soto ayam, mie ayam dan bakso. Sebab, emping melinjo yang sudah digoreng memiliki rasa renyah dan gurih.

Keberadaan tanaman melinjo yang ada di kaki Gunung Rajabasa, sebut Hasanah, bisa menjadi varian sayuran, di samping sejumlah sayuran lain yang dijualnya.

Lihat juga...