Warga Lamsel Panen Raya Melinjo
Editor: Koko Triarko
Awalnya, Suminah menyebut penanaman melinjo dilakukan untuk peneduh tanaman lada dan kopi. Namun imbas harga lada yang anjlok, sebagian petani memilih merombak lada dengan komoditas lain.
Tanaman melinjo memiliki perakaran tunjang dan toleran terhadap kemarau. Keberadaan pohon melinjo menjadi sumber peneduh alami bagi tanaman kakao yang masih dipelihara olehnya.
Sebagai tanaman investasi, pohon melinjo bisa dipanen sepanjang waktu. Pemanenan dilakukan pada bagian bakal buah atau dikenal kroto, daun atau so dan buah melinjo atau tangkil muda hingga tua.
Melinjo tua ditandai dengan kulit buah menguning hingga merah. Pemetikan dengan cara perontokan dilakukan sejak awal Oktober hingga November mendatang.
“Pemanenan buah yang merah menyisakan buah melinjo warna hijau, bisa dipanen bulan berikutnya secara bertahap,” tutur Suminem.
Sebagai tanaman yang bisa dipanen setiap bulan dan puncak panen bulan Oktober, melinjo menjadi tanaman investasi. Sebanyak 30 pohon melinjo dengan rata-rata menghasilkan 20 kilogram, ia mendapatkan 600 kilogram melinjo.
Saat dikupas, melinjo akan menghasilkan sekitar 500 kilogram biji. Dijual seharga Rp35.000 per kilogram, ia bisa mendapatkan hasil Rp1,7juta sekali panen. Hasil itu belum termasuk kulit, daun dan bakal buah yang dijual terpisah.
Saat sejumlah tanaman meranggas, kala kemarau melinjo justru sangat produktif. Pasalnya, menurut Suminem, bakal buah tidak mengalami kerontokan. Proses pemanenan dengan batang yang kering memudahkan pekerja dibandingkan panen saat musim penghujan.
Keberadaan pohon melinjo juga menjadi peresap alami air, sehingga sejumlah sumber air masih bertahan berkat keberadaan tanaman melinjo.