Warga Bantaran Cileungsi Kreasikan Pompa Air Tanpa Listrik

Editor: Koko Triarko

Hal lainnya harus mengatur frekuensi input dan output air sehingga bisa berimbang, dan air bisa dinaikkan ke lokasi kolam lele.

Hal tersebut, menurut Agus, yang sebelumnya menekuni bidang las listrik, tentu memakan waktu lagi karena harus men-setting lagi peralatan untuk menyesuaikan dengan tekanan air langsung dari sumbernya.

Kreasi tersebut sederhana dengan peralatan seadanya, dan mereka namakan sistem silinder dua piston, atau hydrant dua katub limbah.

Alat dibutuhkan dalam kreasi itu, seperti tabung untuk preszer pompa ada dua, badan pompa, katub limbah, air imtek, dan air output dan input. Pipa beragam ukuran untuk saluran air.

“Dengan peralatan tersebut, sistem menghasilkan tekanan air karena di dalam tabung prezer terdapat ruang kosong. Air dari sumber mata air yang sudah dibuatkan sistem akan terus mengalir hingga menemukan ruang hampa, dan menimbulkan tekanan balik ke pipa output yang dialirkan ke kolam”, jelasnya.

Menurut Agus, tingkat kesulitan ketika setting awal, karena harus menyesuaikan dengan input debit sumber airnya. Tapi sekarang, setelah menemukan tekniknya, maka air sudah lancar. Tidak hanya digunakan suplai kolam ikan lele, tetapi bisa untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi.

Dia mengisahkan, dari awal menekuni budi daya lele di lahan tandus tersebut, masih merugi akibat kekurangan air. Dikatakan, awalnya ada ribuan bibit lele sudah disebar untuk diujicoba, tapi hampir semuanya mati karena kekurangan suplai air. Sementara sumber air tidak ada, kecuali memanfaatkan mata air yang ada di Bantaran Sungai Cileungsi.

“Kalau harus buat sumur bor, biayanya besar. Dan, lahan ini istilahnya ngontrak, kan ga mungkin dibuatkan sumur bor. Hingga ada saran ini, dicoba sukses,” ujar pria asal Madiun ini.

Lihat juga...