‘Virtual Observatory’, Solusi Pengajaran Astronomi untuk Lembaga Pendidikan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Astronomi seringkali masih dianggap sebagai salah satu pengetahuan yang berbiaya mahal. Tak jarang, banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas teleskop, karena menganggap bahwa teleskop bukanlah bagian dari peralatan laboratorium dan harganya mahal. Tapi kini, masalah tersebut bisa diatasi dengan Virtual Observatory.
Virtual Observatory (VO) adalah kumpulan data archives dan software yang memungkinkan untuk dipergunakan dalam suatu penelitian saintifik, yang salah satunya adalah astronomi.
Tujuan VO adalah untuk mendistribusikan data terkait bidang tertentu, sehingga bisa diakses oleh peneliti di seluruh dunia tanpa batasan jarak dan waktu.
Kepala UPT Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Hakim Luthfi Malasan, menyebutkan, dalam astronomi kita membutuhkan teleskop.
Dengan VO kehadiran teleskop bisa digantikan oleh kumpulan data astronomi yang terangkum dalam suatu sistem software, yang memiliki kemampuan pencitraan yang sama.
“Virtual Observatory sangat mungkin diterapkan di Indonesia. Infrastruktur jaringan di Indonesia sudah memadai untuk berkegiatan dengan VO. VO yang dimaksud disini adalah mengakses basis data besar dan melakukan pengolahan data, pengembangan pendidikan dan riset,” kata Hakim saat dihubungi, Kamis (31/10/2019).
Hakim menyebutkan bahwa tidak ada syarat khusus dalam mengakses VO. Yang penting adalah memiliki koneksi ke jejaring global.
“Dengan infrastruktur yang sudah dikembangkan, misalnya proyek besar ‘telkomsel goes to schools’ juga sudah bisa. Tidak ada syarat yang sifatnya politis karena tidak ada diskriminasi dalam VO. Malah banyak insentif VO yang bisa diperoleh. Misalnya mengundang astronomi profesional berkunjung ke sekolah memberi workshop tentang VO kepada guru-guru,” ujar Hakim.