Lahan Gambut Terbakar, Rusak Lahan Pertanian dan Ekosistem

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Saluran air yang mengalir pada sejumlah siring disebut Tarsan dimanfaatkan untuk sawah lahan kering. Tarsan menyebut ia memilih menanam padi varietas Muncul dengan toleransi tinggi pada kekeringan. Meski demikian saat kemarau ia menyebut potensi kebakaran lahan bisa merembet ke lahan pertanian.

Selain merembet ke lahan pertanian, imbas kebakaran merusak ekosistem di wilayah tersebut. Sebagian semak belukar yang berada di lahan gambut menurutnya menjadi habitat sejumlah burung, reptil seperti ular dan biawak.

Selain merusak ekosistem habitat sejumlah satwa akibat kebakaran asap yang ditimbulkan mengakibatkan gangguan pernapasan.

“Kebakaran lahan gambut bisa bertahan selama berhari hari, proses pemadaman juga sulit dilakukan karena lahan rawa rawa,” tutur Tarsan.

Petani lain bernama Mukamir menyebut lahan kebun akasia miliknya pernah terbakar. Namun antisipasi potensi kebakaran warga Desa Mekarsari Kecamatan Pasir Sakti tersebut, rutin membersihkan daun dan ranting.

Mukamir, salah satu warga Desa Mekarsari Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur membersihkan ranting pohon akasia menghindari kebakaran lahan, Sabtu (19/10/2019) – Foto: Henk Widi

Pohon akasia dengan ranting yang kering sebagian tumbuh pada lahan gambut. Penyiraman dengan memanfaatkan siring alam menurutnya menjadi cara mencegah kebakaran pada kebun miliknya.

“Jika terbakar kerugian pada tanaman yang saya pelihara cukup besar dan mengganggu pernapasan,” ungkap Mukamir.

Mukamir menyebut lahan gambut yang terpapar sinar matahari terus menerus akan mudah terbakar. Cara meminimalisir kebakaran dilakukan dengan membersihkan rumput kering pada lahan miliknya.

Lihat juga...