Kongres Sampah Ini Rekomendasikan Bentuk Satgas Sampah Tiap Desa

“Agar semua desa bisa menerapkan seperti itu, Gubernur bisa memberikan insentif bagi semua pihak yang telah mengembangkan temuan, karya dan produk pengelolaan sampah yang berbasis kearifan lokal,” katanya.

Ada juga semacam “jaminan dan arahan” bahwa bantuan keuangan Gubernur Jateng ke desa agar dialokasikan ke infrastruktur atau inovasi pengelolaan sampah.

Seperti halnya Desa Kesongo yang memilih bahasa sederhana lewat pemberian nama dua tempat, Gubernur Jawa Tengah juga direkomendasikan mencanangkan gerakan pemilahan sampah dengan bahasa yang sederhana pula agar masyarakat mudah menerima.

“Gerakan pemilahan sampah ‘Jateng Gayeng Telung Ng’ yakni ‘Ngelongi’, ‘Nganggo’, ‘Ngolah’. ‘Ngelongi’ untuk mengganti ‘reduce’, ‘nganggo’ mengganti ‘reuse’, dan ‘ngolah’ untuk ‘recycle’,” ujarnya.

Untuk membantu pelaksanaan teknis, lanjut Putut, Sidang Komisi Kongres Sampah telah menyepakati terbentuknya Dewan Konsorsium Sampah Jateng yang berada di bawah kendali Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, serta melibatkan perwakilan semua komponen peserta kongres.

“Dan disepakati untuk mengajak semua komponen masyarakat lain, termasuk pemuka agama, seniman-budayawan, tani-nelayan, pelajar-mahasiswa, jurnalis media,” katanya.

Menurut dia, setelah Kongres Sampah digelar, juga bakal disusul dengan beberapa pertemuan lanjutan untuk mempertajam strategi gerakan tersebut, dimana pertemuan tersebut diberi label “Jateng Gayeng Telung Ng”.

“Diharapkan, pada forum awal sebagai tindak lanjut Kongres Sampah akan diperjelas aspek-aspek terkait, seperti kelembagaan, sumber dana dan lainnya,” ujarnya. (Ant)

Lihat juga...