Upaya Mengembalikan Produktivitas Lahan Pertanian di Sigi

Menafkahi istri dan anak, serta tanggung jawab membiayai kebutuhan pendidikan anak, secara langsung membuat petani di Sigi, termasuk Agil, harus berusaha keras agar lahan pertanian miliknya dapat membuahkan hasil untuk penghidupan, walaupun di tengah kesulitan air.

Di Desa Kota Rindau, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, salah satu upaya yang dibangun oleh petani agar keluar dari dampak kekeringan dan krisis air ialah membuat sumur dangkal dan sumur suntik.

“Biaya untuk membuat sumur mulai dari Rp2 juta sampai Rp5 juta/sumur, tergantung dari kedalaman,” ucap Agil.

Ia menyebut, membuat sumur dangkal dan sumur suntik merupakan inisiatif dari Kelompok Tani Karya Mandiri yang beranggotakan 20 petani. Lewat sumur yang mereka buat, air bisa sampai ke lahan garapan seluas kurang lebih 25 hektare.

“Untuk 25 hektare lahan pertanian ini, maka kami buat 12 sumur dangkal dan lima sumur suntik,” kata Agil.

Berkat sumur tersebut, petani dalam kelompok itu kembali menanam benih dan bibit yang saat ini telah memasuki masa panen.

Membangun sumur suntik dan sumur dangkal, menurut Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama Desa Langaleso, memang menjadi salah satu solusi yang efektif. Namun, tidak semua kelompok tani dan petani secara individu mampu membuat sumur dangkal dan sumur suntik.

Karena itu, Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama yang beranggotakan 22 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan mengupayakan pembuatan sumur dangkal. Lahan garapan mereka seluas 11 hektare di Desa Langaleso, yang bisa digarap hanya lime hektare dari keseluruhan luasan lahan itu.

“Iya, jadi agar lahan bisa digarap maka harus usaha. Usaha itu berupa minjam atau membeli alkon. Selain itu menunggu hujan,” kata anggota Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama Desa Langaleso Kecamatan Dolo, Lisma.

Lihat juga...