Petani Sayuran di Bekasi, Keluhkan Tingginya Harga Bibit

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

BEKASI — Tingginya harga bibit kangkung dan pupuk dikeluhkan petani sayuran di Kota Bekasi, Jawa Barat. Bahkan untuk kangkung, per kilogram mencapai Rp35 ribu.

“Untuk satu baris tanaman kangkung, ukuran empat meter kali sepuluh, diperlukan bibit sekira tiga kilogram. Sementara harga jual hanya Rp500 per ikat,” kata Gandhi, petani sayuran di Jatiasih, Kota Bekasi, kepada Cendana News, Senin (30/9/2019).

Selain harga bibit, petani sayuran juga mengakui harga pupuk urea yang cukup tinggi mencapai Rp10 ribu per kilogram. Hasil panen petani sayuran diakuinya pas-pasan hanya mampu menutupi biaya operasional harian.

“Bibit kangkung dan bayam kalau produksi sendiri hasil tanamnya tidak maksimal. Kami sudah pernah coba, tahun lalu harga bibit kangkung hanya Rp18 ribuan, tetapi sekarang terus merangkak naik hingga mencapai Rp35 ribu,” tandas Gandhi ditemui saat memanen Kangkung.

Hal senada disampaikan Lintoro, petani sayuran lainnya, menurutnya harga bibit kangkung tidak sebanding dengan harga jual dan biaya perawatan. Berbeda dengan bibit bayam meski mahal tetapi harga pasar bisa menutupi biaya produksi.

Lintoro dan pak Gandhi, petani sayuran di Kota Bekasi, sama-sama menggunakan areal lahan milik perusahaan. Selain menanam sayuran kangkung mereka juga menanam bayam dan jenis sayuran lainnya dengan sistem tumpangsari.

“Saya bercocok tanaman sayuran kangkung dan bayam sistem acak di luas satu hektaran. Biayanya bisa mencapai Rp2 jutaan lebih modal awalnya. Itu hanya untuk bibit dan pupuk belum dihitung tenaga dan perawatan,” ujarnya.

Permasalahan pemasaran dengan harga rendah menjadi keluhan, sementara harga bibit terus melambung. Lintoro berharap ada solusi soal harga bibit sehingga petani bisa lebih diuntungkan saat panen.

Lihat juga...