Perpusnas Sediakan Bacaan Bermutu bagi Penyandang Disabilitas
“Tunanetra masih belum sepenuhnya bisa mengikuti pendidikan dengan bermakna, karena terkadang terdapat kesulitan bahan bacaan atau sejenisnya,” katanya.
Padahal, ia melanjutkan, para penyandang disabilitas selain memiliki keterampilan juga mesti giat membaca dan meningkatkan literasi agar tidak menjadi objek belas kasihan.
“Saya tunanetra, tapi saya bisa jadi ustaz, memberikan penyuluhan agama kepada masyarakat. Berarti itu saya dihargai,” katanya.
Harapannya, akses pendidikan dan literasi bagi para penyandang disabilitas pada masa mendatang makin terbuka sehingga mereka bisa makin berdaya.
“Ke depan semoga tunanetra bisa mengikuti pendidikan dengan lebih bermakna,” demikian Furqon Hidayat. (Ant)