Menanti Hujan Meteor Orionid di Oktober 2019
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
JAKARTA — Menjelang Oktober, yang hanya tinggal beberapa hitungan jam, Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) mengingatkan kehadiran hujan meteor orionid dan oposisi Uranus yang bisa disaksikan oleh para pecinta langit.
Ahli Astronomi POJ Widya Sawitar menyebutkan hujan meteor orionid akan terjadi pada 21 Oktober dan oposisi Uranus pada 28 Oktober.
“Kalau pada Agustus kita bisa melihat hujan meteor perseid, maka pada Oktober hujan meteor Orionid lah yang bisa kita saksikan,” kata Widya di POJ, Senin malam (30/9/2019).
Widya menjelaskan hujan meteor Orionid ini berasal dari serpihan komet Halley. Salah satu komet periodik yang muncul setiap 76 tahun.
“Pada puncaknya, akan mencapai intensitas 10-20 meter per jam. Posisinya akan tampak memancar dari rasi bintang Orion,” ucapnya.
Hujan meteor Orionid ini merupakan serpihan debu ekor komet Halley yang memasuki atmosfer Bumi.
“Komet ini menabrak atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi, sehingga menimbulkan banyak serpihan. Saat menabrak, akan terbakar dan tampak seperti jejak api di langit,” kata Widya.
Komet Halley tercatat berada dalam posisi terdekat pada Bumi pada 10 April 1989 yaitu pada jarak 0,417 AU dan akan memasuki jarak terdekat lagi pada 29 Juli 2061 dengan jarak 0,477 AU dari Bumi.
Sementara, oposisi Uranus dapat disaksikan oleh masyarakat karena planet es raksasa ini akan berada pada jarak terdekatnya dengan bumi, yaitu 18,83 AU. Satu AU setara dengan 150 juta kilometer.
“Planet Uranus akan tampak seperti titik warna biru kebijakan di teleskop. Untuk menemukannya, kita bisa mengarahkan teleskop ke rasi Aries,” papar Widya.