Kembali ke Jakarta, Bekasi Kembali ke Kulturnya
Editor: Mahadeva

Dosen Unisma yang juga sejarawan Bekasi, Andi Sopandi, menambahkan, wacana Bekasi kembali ke Jakarta adalah titik kombinasi dari berbagai wilayah. Hal itu, juga merubah bentuk sejumlah wilayah, mulai dari perpindahan Ibu Kota Negara, Ibu Kota Jawa Barat dalam hal ini Bandung, dipindah ke daerah Walini di wilayah Kabupaten Bandung Barat. “Lalu muncul mewacanakan membuat provinsi Bogor Raya, membuat satu hal mencekam. Karena tidak ada akar sejarah yang kuat untuk membuat Provinsi Bogor Raya,” tukasnya.
Menurutnya, akar sejarah sebelum ada DKI Jakarta, di Jawa Barat sebelumnya sudah berdiri lima keresidenan yaitu, Keresidenan Parahyangan, Cirebon, Bogor, kemudian Keresidenan Jakarta dan Banten. “Bekasi pada era kerisidenan sudah masuk kerisidenan Jakarta. Jadi sejak dulu, Bekasi satu dengan Jakarta. Jika-pun terjadi penggabungan Bekasi ke Jakarta, artinya bukan pindah tetapi kembali. Karena dilihat dari kultur, Bekasi ini sangat kental, dengan budaya Betawai walaupun Betawi pinggiran atau Betawi Ora-nya,” paparnya.
Namun demikian, mendesak atau tidaknya penggabungan, hal itu tergantung kondisi dan keinginan. Dan, pernyataan dari Wali Kota Bekasi ataupun Wali Kota Bogor tentang Provinsi Bogorraya, dinilainya banyak nuansa politiknya. Kekhawatirannya adalah, akar budaya dan sejarah sosial yang ada. Spekulasi nama mulai muncul, jika Bekasi kembali ke Jakarta seperti dari Jakarta misalkan sudah mengusulkan nama Jayakarata, atau Jakarta Tenggara.
Jika sampai terjadi, hal tersebut akan menyulitkan generasi muda untuk menumbuhkan identitas dan karakteristik daerahnya. “Harus ada FGD, bukan kajian yang dibuat dari Pemda semata soal kembalinya Bekasi ke Jakarta. karena selama ini sangat kental Nuansa politis. Meskipun gaungnya untuk percepatan pembangunan memang sangat bagus, tapi bagaimana sejauh mendesaknya. Jika sampai terjadi penggabungan tentu harus ada komitmen,” tandasnya.