Bakar Lahan Agar Tanah Subur, Salah Besar

Editor: Koko Triarko

MAUMERE – Pembakaran lahan pertanian baru masih sering dilakukan oleh sejumlah petani di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Mereka beralasan, dengan cara tersebut tanah di lahan pertanian akan menjadi subur.

Kebiasaan dan keyakinan itu sudah berlangsung sejak turun-temurun diwariskan, sehingga perlu ada sebuah penyadaran kolektif kepada para petani. Dengan begitu, para petani akan sadar dan menghentikan aksi membakar lahan saat membuka kebun.

“Masih ada petani yang suka bakar lahan kebun saat hendak membuka lahan tersebut,” kata Yosef Liwu, salah seorang petani di kabupaten Sikka, Flores, NTT, Senin (23/9/2019).

Dikatakan Yosef, biasanya setelah panen, lahan dibiarkan ditumbuhi rerumputan dan saat hendak musim tanam baru dibersihkan. Rerumputan dan ranting pohon tersebut dibiarkan mengering, lalu dibakar.

Carolus Winfridus Keupung, Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM). -Foto: Ebed de Rosary

“Para petani percaya, kalau dibakar akan membuat tanah menjadi subur. Makanya, setiap mau musim tanam, pasti lahan kebun akan dibersihkan dan dibakar,” tuturnya.

Carolus Winfridus Keupung, direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) mengatakan, para petani dampingan WTM sejak awal diajari untuk tidak melakukan pembakaran lahan atau membakar rerumputan dan pepohonan di kebun.

“Ini sebuah kesalahan dan sudah dilakukan turun-temurun. Makanya, kami selalu memberikan penyadaran kepada petani, bahwa membakar lahan itu tidak menyuburkan tanah,” katanya.

Wim, sapaannya, menyebutkan, pembakaran dilakukan untuk menyuburkan tanah merupakan kesalahan besar. Lahan bukannya menjadi subur, karena unsur hara dalam tanah akan hilang.

Lihat juga...