Petani Lamsel Optimalkan Air dengan Tumpang Sari
Editor: Koko Triarko
Melalui tumpang sari, Suparjo juga bisa mendapatkan sumber pakan ternak. Sebab, lokasi tanggul sungai sebagian sengaja ditanami rumput gajahan.
Rumput gajahan menjadi pakan alami empat ekor sapi yang dimiliki saat pencarian pakan hijaun sulit dilaukan. Selain rumput gajahan, daun kacang panjang dan kacang tanah juga dimanfaatkan untuk pakan ternak.
“Penggunaan air dari sungai dihemat oleh petani agar padi sawah tetap menghasilkan saat kemarau,” cetus Suparjo.
Pemanfaatan air terbatas saat kemarau, juga dilakukan oleh Mujiono. Petani padi ini mengaku memanfaatkan bantuan sumur bor dari pemerintah.
Menurutnya, sumur bor bantuan dari pemerintah bisa membantu petani yang kekurangan pasokan air pada masa tanam gadu. Sumur bor dengan tenaga listrik disalurkan dengan pipa ke sejumlah petak sawah.
Ia mengatakan, pada masa tanam gadu, hasil pertanian padi miliknya lebih maksimal. Sebab, dengan pasokan air ia masih bisa menanam padi, sementara saat musim penghujan (rendengan) lahan sawah miliknya kerap dilanda banjir. Lahan sawah berpasir di dekat aliran sungai yang kini kering dimanfaatkan untuk tumpang sari.
“Tanaman tumpang sari yang dikembangkan meliputi cabai, terong dan sayuran untuk kebutuhan sehari-hari, dan sebagian dijual,” ungkap Mujiono.
Saat kemarau melanda dan sejumlah lahan pertanian tidak bisa digarap, petani di Desa Gandri tetap bisa bertani. Pemanfaatan sumur bor bantuan menjadi cara agar petani tetap produktif saat masa tanam gadu.
Selain untuk kebutuhan lahan pertanian, air yang dipompa dari sumur bor bisa digunakan untuk kebutuhan air minum bagi warga yang membutuhkan.