Peran Ayah Dukung Kelancaran Produksi ASI
Editor: Koko Triarko
“Misalnya, jika pasangan menginginkan proses IMD dilakukan pascakelahiran, maka carilah rumah sakit yang mendukung IMD. Atau jika rumah sakit memiliki kebijakan agar ibu yang melahirkan tidak didampingi, maka lakukan pembicaraan awal dengan pihak obgyn yang menangani, agar bisa dicarikan jalan keluarnya,” papar dr. Partiwi.
Atau, katanya, saat ibu menginginkan saat setelah melahirkan ingin dirawat gabung dengan bayinya, ayah juga dapat membantu mencari rumah sakit yang memiliki kebijakan rawat gabung.
“Rawat gabung ini bisa dilihat dari ruang bayi itu kosong. Hanya penuh saat pagi, yaitu saat bayi dijanjikan. Sisanya bayi ada di samping ibunya,” ucap dr. Partiwi.
Saat melahirkan, peranan ayah adalah membantu proses IMD dilakukan. Misalnya, dengan melakukan proses rabaan pada bayi mereka yang baru lahir sebagai bentuk dukungan pada reflek bayi mencari puting susu.
“Begitu juga saat harus mengganti popok, membantu menjaga bayi saat istri mandi atau makan, membantu bayi untuk bertahan setelah menyusu,” tambahnya lagi.
Dokter Pratiwi menegaskan, bahwa proses menyusui ini membutuhkan ketenangan pihak ibu. “Jadi suami jangan sibuk kerja aja. Ngelembur terus. Atau pulang telat tidak ngabarin. Akhirnya istri jadi marah-marah. Akibatnya produksi ASI berkurang, waktu menyusui yang harusnya menjadi proses jalinan kedekatan ibu dan anak, akhirnya menjadi dingin karena emosi ibu sedang naik,” ujarnya.
Selain itu, keterlibatan ayah dalam proses pengasuhan bayi akan menimbulkan kedekatan ayah dan bayi dalam tingkat yang sama dengan kedekatan ibu dan bayi.
“Anak yang hanya dekat dengan ibunya, biasa hanya dengan ibunya, saat rewel hanya akan bisa disiapkan oleh ibunya saja. Tapi kalau ayahnya dekat juga, maka saat rewel, anak juga bisa dipegang oleh ayah. Karena bayi juga familiar dengan bau ayah,” papar dr. Partiwi.