INDEF: Posisi Indonesia Dalam Kiprah Investasi Global tak Jelas

Editor: Koko Triarko

Ia mengatakan, investasi yang pertama membawa beban terhadap neraca berjalan, yang sudah sangat parah. Terutama pendapatan primer yang terus mengalami defisit paling besar pada dekade ini.

Setiap investasi, jelas dia, sebenarnya juga memberi dampak ekonomi yang baik. Sehingga pemerintah perlu mendorong agar masuk ke dalam negeri.

“Tetapi investasi yang hanya mengeksploitasi pasar dalam negeri membahayakan neraca berjalan nasional dalam jangka pendek maupun panjang,” tukas Didik.

Karena itu, lanjutnya, sejak saat ini kebijakan bidang investasi harus membedakan jenis investasi yang produktif untuk ekspor dan daya saing pasar global, serta investasinya hanya mengkesploitasi pasar dalam negeri.

“Pembedaan katagorin ini harus juga berbeda dalam perlakuannya,” tegasnya.

Sebagai gambaran, lanjutnya, neraca berjalan Indonesia sudah sangat berat. Yakni, sumber defisit neraca tersebut tidak lain adalah neraca jasa dan sekarang lebih berat dengan neraca pendapatan primer.

“Jika arus modal asing dipenuhi oleh investasi yang mengeksploitasi hanya pasar dalam negeri, maka dampaknya berat terhadap neraca berjalan, nilai tukar rupiah, ekonomi sektor luar negeri dan perekonomian secara keseluruhan rapuh,” tegasnya.

Defisit pendapatan primer sudah sangat besar dan menunggak hingga 30,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Kebanyakan dari defisit pendapatan investasi, modal keluar yurisdiksi ekonomi Indonesia paling tidak sampai 29 miliar dolar AS.

Pertumbuhan modal dan pergerakannya antarnegara makin cepat.  “Inilah perubahan baru yang cepat dan harus dimenegerti oleh pemerintah. Pak Thomas merasa kaget dengan modal masuk ke Indonesia, tapi diklaim sebagai modal Singapura. Saya justru kemudian prihatin,” ujar Didik, lirih.

Lihat juga...