‘Serangga Mandul’ Diharap Tekan Populasi Aedes aegypti

Editor: Koko Triarko

Jumlah ini diyakini akan meningkatkan probabilitas pernikahan nyamuk betina dengan nyamuk jantan mandul. Tapi, memang jumlah ini bisa berubah sesuai dengan hasil dari monitoring populasi.

Proses produksi nyamuk jantan mandul menggunakan teknologi iradiasi sinar gamma 70 grey selama kurang lebih satu menit pada fase pupa.

“Dalam sekali penyinaran itu bisa ribuan. Jadi, kita di BATAN membiarkan nyamuk terlebih dahulu. Nyamuk yang kita tangkap, nanti akan bertelur dalam lab kita. Lalu, berubah menjadi larva, kemudian pupa. Saat inilah kita lakukan penyeleksian nyamuk jantan dan betina. Yang jantan kita iradiasi, yang betina kita persiapkan menjadi indukan lagi,” urai Beni.

Menurut Beni, nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, meliputi siklus telur, larva, pupa kemudian nyamuk. Siklus dari telur menjadi nyamuk dewasa hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 hari.

“Saat menjadi nyamuk dewasa, hanya butuh beberapa jam saja bagi nyamuk untuk memasuki masa kawin,” ucap Beni.

Rencananya, menurut Beni, pada Agustus akan dilakukan pelepasan di Batan Indah. “Sejauh ini, dari penelitian dan pelepasan yang sudah dilakukan, tingkat penurunan populasi nyamuk itu sampai 85 persen  dalam proses lima kali pelepasan,” kata Beni.

Beberapa kegiatan pelepasan yang dilakukan oleh beberapa negara dengan pantauan IAEA, menunjukkan penurunan populasi serangga secara signifikan setelah dilakukan pelepasan sepanjang tahun, dengan interval pelepasan seminggu sekali.

“Di Indonesia kita fokus pada Aedes aegypti sebagai vektor utama Dengue. Walaupun populasi Aedes ini lebih sedikit dibandingkan jenis Culex. Tapi karena dia carrier dari DBD, maka kita fokus di jenis ini,” kata Kepala Laboratorium Entomology BATAN, Murni Indarwatmi.

Lihat juga...