Rawan Tsunami, Peran Mitigasi Bencana Perlu Ditingkatkan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Aplikasi mobile tersebut diantaranya National Tsunami Warning Center (NTWC) dan Tsunami Service Provider (TSP).
Rantai peringatan dini tsunami (PDT) disebutnya dimulai dari pusat peringatan tsunami nasional di BMKG Jakarta. Namun demikian peran dan tanggungjawab masyarakat sangat penting oleh sejumlah unsur. Selain pemerintah masyarakat berisiko di daerah rawan bencana harus selalu siaga.
“Karena itu penting dilakukan sosialisasi, mitigasi bencana agar masyarakat memiliki kesiapsiagaan dalam kondisi bencana khususnya gempa bumi dan tsunami,” terang Muhamad Sadly.
Keberadaan alat pendeteksi dini tsunami akibat gempa bumi diakuinya sudah terpasang di sekitar Selat Sunda.
Peralatan existing monitoring gempa bumi dan tsunami BMKG meliputi sensor gempa bumi, tide gaude dan water level. Sejumlah alat diakuinya dipasang di Bengkunat, Kota Agung, Panjang, Teluk Betung di Lampung. Selain itu ada di wilayah Banten, Labuhan, Ciwandan, Serang.
Bahkan di pulau Krakatau dipasang buoy merah putih. Alat pendeteksi gelombang tsunami karya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dipasang di sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK).
Informasi terkait gelombang laut tersebut menjadi bagian dari pemantauan GAK yang pernah menjadi penyebab tsunami. Selain itu ada 5 sirine tsunami BMKG di seputar Selat Sunda ditempatkan di Tanggamus, Kalianda Lampung dan Pasauran, Teluk Labuhan dan Penimbang Banten.

Terkait kegiatan Sekolah Lapang Geofisika, Supriyanto, asisten bupati Lamsel bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan, menyebut, sejumlah peserta diantaranya merupakan masyarakat nelayan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan unsur media bisa ikut membantu sosialisasi terkait kebencanaan. Ia berharap peserta bisa memahami dan membantu tugas pemerintah.