Rantau Kermas Merangin Raih Penghargaan Kalpataru

“Kegiatan tersebut menyinkronkan konservasi sekaligus mampu meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar TNKS,” kata Rudi.

Untuk mendukung itu semua, WARSI juga berkegiatan di wilayah tersebut dengan program rempah organik dengan menghubungkan langsung petani kayu manis Rantau Kermas dengan pembeli internasional. Dilanjutkan dengan kegiatan pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang memunculkan hutan adat Rantau Kermas.

“Kini masyarakat Rantau Kemas semakin mandiri dengan ekosistem yang menjadi penopang hidup mereka. Seperti listrik yang bisa dinikmati 24 jam non stop dengan bayaran yang sangat murah, juga ada pengembangan kopi Serampas yang kini menembus pasar-pasar premium, serta program pohon asuh ari Hutan Adat Rantau Kermas,” kata Rudi Syaf.

Pemeliharaan hutan yang dilakukan masyarakat ini, mampu memperlihatkan bahwa hutan adat yang terpelihara dengan baik, mampu untuk mencegah bahaya bencana ekologis, sekaligus mampu mendatangkan manfaat nyata bagi masyarakat sekitarnya.

Dahulu tidak pernah Orang Rantau Kermas berpikiran akan mampu mengoperasikan alat-alat elektronik yang butuh listrik, seperti mesin cuci, penanak nasi listrik, televisi dan jenis elektronik lainnya. Dengan jarak tempuh lebih dari tiga jam dari ibukota Kabupaten menjadikan desa ini sangat sulit di jangkau listrik PLN.

Namun kini hampir di semua rumah yang lebih dari 127 KK memiliki alat elektronik. Bahkan listrik dengan kapasitas 41.000 watt yang mampu dihasilkan PLTMH hanya setengahnya saja yang terserap untuk kebutuhan masyarakat termasuk saat beban puncak.

Dari air sungai yang stabil sepanjang tahun yang bersumber dari hutan adat menjadi sumber energi listrik. Sempat berganti beberapa kali alat pembangkit, dari kincir hingga kini sudah permanen dengan mikro hidro.

Lihat juga...