Peternak di Lamsel Mulai Kesulitan Cari Pakan Hijauan
Editor: Koko Triarko
Marwanto juga menyebut, meski telah menanam stok pakan jenis rumput odot dan gajahan, saat kemarau, produksinya menurun. Sebab, jenis rumput tersebut ditanam bersamaan dengan jagung yang mulai terimbas kemarau.
Tanaman rumput odot dan gajahan yang masih bertahan, berada di dekat lahan sawah yang dekat dengan aliran sungai. Musim kemarau yang masih akan berlangsung hingga Agustus nanti, diakuinya membuat ia menyiapkan stok pakan buatan.
Sesuai dengan penyuluhan dari petugas penyuluh peternakan, Marwanto memanfaatkan pakan tambahan. Pakan tambahan dari jenjet jagung, dedak, ampas tahu ditambah molase, atau suplemen organik cair dibeli dengan sistem botolan seharga Rp75.000 ukuran 250 mililiter. Suplemen tersebut diaplikasikan bersama pakan jerami yang sudah dikeringkan melalui proses fermentasi.
“Stok jerami kerap harus saya siapkan dalam jumlah banyak saat panen padi, agar saat kemarau saya tidak kesulitan pakan bagi ternak sapi,” cetusnya.
Alpen, peternak lain di Desa Penengahan, mengungkapkan jenis sapi limosin hanya dikandangkan. Meski sempat terhambat karena kemarau dalam pencarian pakan, ia tetap memiliki stok pakan. Sebab, asupan pakan hijauan bagi ternak sapi miliknya disediakan dengan persentase terbatas. Ia lebih memperbanyak stok pakan buatan.
Pola pemberian pakan tanpa ketergantungan pakan hijauan sekaligus memudahkannya saat kemarau. Meski tidak memiliki sumber pakan hijauan, ia masih memiliki stok pakan lain. Jenis pakan yang kerap digunakan berupa dedak limbah penggilingan padi, jenjet jagung yang difermentasi. Penyimpanan pada karung plastik kedap udara membuat pakan bisa bertahan hingga enam bulan.