Pengembangan Teknologi MRI untuk Rasa Nyaman Pemeriksaan

MR Business Manager Siemens Healthineers Indonesia, Yonathan Audhitya Suthihono, menyebut, alasan pertama masyarakat enggan melakukan MRI adalah karena takut.  “Data menunjukkan 42 persen masyarakat takut untuk melakukan pemeriksaan MRI. Sepertujuh-nya membatalkan pemeriksaan karena takut akan lorong panjang dan suara berisik saat pemeriksaan,” kata Yonathan, saat mendemonstrasikan mesin MRI Magnetom Altea 1,5 Tesla dan Magnetom Lumina 3 Tesla, dikesempatan yang sama.

Selain itu, pasien dengan gangguan kelainan tulang belakang juga mengalami kesulitan dengan pemeriksaan MRI. Yang berujung pada gagalnya pemeriksaan. “Waktu pemeriksaan yang panjang juga menyebabkan banyak orang tidak nyaman. Apalagi dengan tambahan peralatan yang harus ditempelkan ke tubuh. Ada juga, pemeriksaan yang membutuhkan pasien untuk menahan napas. Intinya, benar-benar bikin penggunanya tidak nyaman. Sehingga citra yang didapat juga tidak akurat,” ucap Yonathan.

Dengan perkembangan teknologi, terutama Artificial Intelligence (AI), dipercaya bisa mengurangi rasa enggan para pasien yang diharuskan melakukan pemeriksaan MRI. “Teknologi yang berbasis kecerdasan buatan akan memungkinkan pemindaian yang lebih akurat dengan tingkat throughput pasien yang lebih tinggi bagi para penyedia layanan,” papar Yonathan.

Tingginya kapasitas medan magnet, yang bisa dilihat dari tingginya nilai Tesla, memungkinkan peningkatan kecepatan dan keakuratan resolusi. “Dengan perkembangan teknologi, waktu yang dibutuhkan bisa dikurangi hingga 50 persen. Dan semakin tinggi resolusi akan memberikan pencitraan yang lebih baik, seperti yang dibutuhkan untuk pemeriksaan jaringan saraf,” lanjutnya.

Lihat juga...