Makadamia, Tanaman Subtropis untuk Rehabilitasi Lahan
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Keputusan pemerintah untuk menggunakan makadamia, sebagai tanaman untuk merehabilitasi lahan dinilai sebagai kebijakan yang sangat tepat.
Makadamia dikenal sebagai salah satu tanaman yang mampu tumbuh tinggi. Sehingga memiliki kemampuan perakaran yang kuat dan dalam. Kemudian juga memiliki daya adaptasi lingkungan yang tinggi.
Supervisor Pengembangan Hasil Penelitian dan Landscape Gardener, Taman Buah Mekarsari, Junaedi, menyebut, makadamia merupakan tanaman yang masuk dalam family Proteaceae. “Habitat aslinya di daerah sub-tropis. Di Mekarsari juga ada makadamia. Tapi pertumbuhannya tidak sebagus yang tumbuh di Balai Lembang, yang memiliki ketinggian diatas 500 mdpl (meter dari permukaan laut),” kata Junaedi, di Taman Buah Mekarsari, Senin (22/7/2019).
Kendati tidak tumbuh di habitat aslinya, Makadamia tetap bisa tumbuh tinggi. Hanya saja, tanaman tersebut sulit untuk berbuah, jika dikembangkan di daerah yang posisinya lebih rendah dibandingkan habitat aslinya.
Makadamia, mampu tumbuh hingga ketinggian 40 meter. Memiliki tajuk yang lebat dan tidak beraturan. Hal tersebut terkadang menyebabkan sinar matahari sulit untuk menembus hingga ke batang pohonnya. “Walau daunnya tidak lebar, tapi tajuknya sangat lebat. Sehingga sinar matahari tidak menembus. Akhirnya, dibatang Makadamia suka muncul jamur yang berbentuk lingkaran putih,” ungkap Jun.
Penyebab munculnya lingkaran putih adalah, adanya endapan air yang tidak kering. Hal itu membuat batang menjadi pohon lembab. Jika dilakukan pemangkasan, maka lingkaran putih jamur akan hilang dengan sendirinya. “Kalau di Mekarsari, musuh utama Makadamia ini rayap. Yang menyebabkan batang dan akar menjadi keropos lalu tumbang dan mati,” ujarnya.