Mahasiswa Universitas Brawijaya Kembangkan Inovasi untuk Pengobatan Tipes
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MALANG – Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) 2017, kejadian demam tifoid atau penyakit tipes di Indonesia, diperkirakan sekitar 300-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun, yang berarti jumlah kasus berkisar antara 600.000 hingga 1.500.000 per tahun.
Berangkat dari kondisi tersebut, tiga orang mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) menghadirkan Extract of Candida Albicans (E-Cands) sebagai salah satu inovasi terapi di dalam dunia kesehatan khususnya untuk demam tifoid atau tipes.
Tiga mahasiswa tersebut yakni Aminah Rahmayani Hasibuan, Ihsanul Fikri, dan Gerry Rinaldi.
Ketua tim, Aminah Rahmayani Hasibuan, mengatakan, pada umumnya ketika seseorang terkena tipus, mereka akan diberikan antobiotik. Hanya saja antibiotik yang sering dipakai saat ini banyak yang sudah resisten.
“Artinya, bakteri Salmonella Typhi sebagai penyebab tipes sudah kebal atau tidak mempan lagi dengan antibiotik tersebut,” ujarnya.
Hal itu terjadi karena mekanisme kerja dari antibiotik yang langsung bekerja pada bakteri, sehingga bakteri bisa mengenali cara kerja dari antibiotik. Bisa mengubah pola tubuh sehingga antibiotik yang diberikan sudah tidak lagi mempan melawan bakteri Salmonella Typhi.
Berbeda dengan antibiotik pada umumnya, mekanisme kerja dari E-Cands justru tidak langsung bekerja pada bakteri tetapi pada sistem imun.
“Jadi ada dua target dari sistem imun yang akan dituju dari ekstrak ini yang nantinya akan menghancurkan bakteri tersebut tanpa kontak langsung dengan bakteri. Sehingga obat ini tidak menginduksi resistensi tadi,” jelasnya.
Disampaikan Aminah, ekstrak Candida albicans sengaja dipilih karena berasal dari jamur floranormal dalam tubuh manusia yang sehat.