Jodog, Kawasan Sentra Pandai Besi yang Semakin Memudar
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
YOGYAKARTA — Suara bising mesin gerinda dan hentakan besi yang tengah ditempa, akan selalu terdengar di setiap sudut penjuru kampung Jodog, Gilangharjo, Pandak, Bantul, setiap harinya. Di bawah gubuk-gubuk kecil sederhana, para pandai besi biasanya akan nampak sibuk bermandi keringat bergelut dengan besi dan bara api yang menyala-nyala.

Sejak ratusan tahun silam, dusun Jodog, memang dikenal sebagai daerah kawasan sentra pandai besi di kabupaten Bantul Yogyakarta. Di tempat inilah banyak terdapat ‘empu’ pengrajin perkakas besi seperti pisau, golok, arit hingga cangkul.
Namun seiring perkembangan zaman, jumlah pengrajin atau pandai besi di dusun ini diketahui semakin berkurang. Hal itu tak lepas karena kurangnya minat generasi muda meneruskan usaha turun-temurun ini.
“Beberapa tahun lalu jumlah pandai besi di dusun Jodog ini masih mencapai 40 orang. Tapi sekarang tinggal sekitar 20-an orang saja,” ujar salah seorang pandai besi yang juga pengurus Paguyuban Pandai Besi Jodog, Sumber Bakti, Hamid.
Selain kurangnya minat generasi muda menekuni usaha turun-temurun ini, semakin banyaknya pabrik-pabrik tempat produksi massal perkakas pertanian dan rumah tangga, juga menjadi faktor lain yang membuat gaung dusun Jodog sebagai sentra alat pertanian dan rumah tangga semakin memudar.
“Terus terang, memang kita kalah bersaing dengan daerah lain. Karena disini mayoritas pengrajin masih memproduksi alat secara manual. Beda dengan tempat lain yang sudah bisa memproduksi secara modern dan massal. Sehingga harganya bisa lebih murah,” ungkap Hamid.