Butuh Terobosan Atasi Kelangkaan Vaksin Antirabies di Sikka
Editor: Koko Triarko
MAUMERE – Ketiadaan vaksin antiabies (VAR), baik untuk hewan penular rabies (HPR), terutama anjing, serta VAR untuk manusia yang terkena gigitan HPR, terus terjadi. Kondisi ini perlu segera diatasi, karena sudah terjadi berulang kali.
“Harus dilakukan terobosan terkait dengan kebijakan pengalokasian dana, agar vaksin antirabies bisa tersedia. Kalau kondisinya selalu saja VAR tidak tersedia, maka penyakit rabies terus merajalela,” kata dr. Asep Purnama, Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata (KRFL), Jumat (12/7/2019).
Dikatakan Asep, penggunaan dana desa untuk pengadaan VAR khusus untuk HPR bisa saja dilakukan, karena desa juga memiliki tanggung jawab untuk hal ini. Hal ini pun bisa lebih mudah mencegah penularan penyakit rabies.
“Kalau vaksin antirabies sudah diadakan dari dana desa, pasti pemilik anjing akan mau anjingnya divaksin. Bila ada kelebihan, maka VAR tersebut bisa diberikan atau dijual ke desa tetangga yang membutuhkan,” ungkapnya.

Asep sepakat penggunaan dana desa, karena dapat mengatasi kekurangan pasokan VAR yang dibeli menggunakan dana APBD Sikka dan pemerintah pusat. Bila ini dilakukan, dirinya yakin masalah rabies bisa teratasi.
“Untuk melakukan vaksinasi HPR, khususnya anjing, maka pemerintah harus konsisten. Harus dilakukan terus-menerus dan yang utama ketersediaan vaksin harus dijamin,” sebutnya.
Asep mengakui, vaksinasi anjing jauh lebih murah dan aman dibanding menyediakan vaksin bagi korban gigitan. VAR untuk setiap gigitan seharga Rp1 juta lebih, dan serumnya bisa mecapai Rp4 juta.