Bank Sampah Dinilai Gagal Kurangi Sampah Plastik
Editor: Mahadeva
MALANG – Kondisi persampahan khususnya sampah plastik di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, hingga saat ini Indonesia masih menjadi negara urutan ke dua penghasil sampah plastik terbanyak setelah Cina.
Pemerintah melalui program bank sampah juga di nilai gagal dalam mengurangi jumlah sampah plastik. “Kalau kita berbicara tentang daur ulang sampah, sebenarnya adalah tugas pemerintah melalui bank sampah. Tapi sampai hari ini, pemerintah sendiri melalui menteri kelautan ibu Susi Pudjiastuti yang justru mengatakan bahwasannya Indonesia merupakan negara nomer dua terbesar penyumbang sampah plastik terbesar yang dibuang ke laut setelah Cina,” jelas founder Climate Change Frontier (CCF), Eko Baskoro, di Universitas Ma Chung, Rabu (24/7/2019).
Kondisi tersebut dinilainya menjadi tanda kinerja bank sampah selama ini kurang maksimal. Berbagai upaya untuk membantu pengurangan sampah seperti penyediaan wadah untuk sampah plastik agar bisa dipilah dan diambil setiap hari, ternyata tidak mudah untuk dijalankan.
Baskoro menyebut, CCF saat ini tengah fokus untuk mengkampanyekan penghentian penggunaan sedotan plastik. Sasaran kegiatannya adalah hotel dan rumah makan. “Mulai 15 Februari 2019, kami mengkampanyekan #byesedotanplastik. Dimana tujuan akhir dari kampanye tersebut sebenarnya adalah tanpa sedotan atau meninggalkan sedotan,” ungkapnya.
Hanya saja, selama melakukan kampanye tersebut di lapangan, banyak masyarakat khususnya pihak perhotelan yang menanyakan jika tidak memakai sedotan plastik, lalu harus memakai apa. “Dari situ kemudian kita carikan alternatif sedotan selain dari plastik. Ada sedotan dari jagung, ada sedotan dari kertas, dan ada juga sedotan yang terbuat dari bambu,” sebutnya.