Siasati Musim Gadu Petani di Lamsel Tanam Sayuran
Editor: Koko Triarko
Sembari melakukan pengolahan lahan, ia melakukan penyemaian benih sebelum dipindah ke guludan yang sudah disiapkan. Pembuatan puluhan guludan diberi jarak untuk jalur penyiraman setiap pagi dan sore.
Sudamin, petani lainnya, memilih menanam sawi dan kangkung pada lahan yang sebelumnya ditanami padi. Peralihan penanaman padi ke sayuran, karena saat musim panen padi hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Hama tikus, wereng serta lembing berimbas produksi padi yang dihasilkan, menurun. Pada kondisi normal, ia menyebut dari setengah hektare lahan menghasilkan 3,5 ton, namun akibat hama hanya mendapatkan 2 ton.
“Selain pasokan air kurang, masa gadu bisa dimanfaatkan untuk memutus mata rantai hama padi,karena diselingi dengan tanaman sayuran,” jelas Sudami.
Menurut Sudami, permintaan akan sayuran cukup stabil. Bisa dijual dalam waktu harian. Pola penanaman dengan guludan dan pengaturan waktu tanam, membuat pemanenan bisa dilakukan bertahap.
Harga sayuran dengan sistem ikatan rata-rata Rp1.000 hingga Rp2.000, membuat ia bisa mendapat hasil ratusan ribu setiap dua hari sekali. Pembeli di antaranya pedagang sayuran keliling dan pedagang di pasar tradisional.
Meski sebagian petani memanfaatkan lahan sawah untuk menanam sayuran, Sudami memastikan petani di Desa Pasuruan masih menggarap lahan sawah. Di antaranya merupakan lahan dekat sungai dengan sistem pompa air.
Pompa air dimanfaatkan petani untuk mengairi lahan sawah yang letaknya lebih tinggi dari sungai. Meski mengeluarkan biaya ekstra, sebagian petani memilih menyedot air, agar bisa menanam padi pada masa tanam gadu.