Siasati Musim Gadu Petani di Lamsel Tanam Sayuran
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Pasokan air yang minim di musim kemarau atau musim gadu, tak lantas membuat petani di Lampung Selatan menelantarkan lahannya. Sebagian petani justru memanfaatkannya untuk menanam sayuran.
Supri, petani padi sawah di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, mengatakan, musim gadu atau dalam penanggalan Jawa dikenal sebagai mangsa ketiga, kerap dimanfaatkan untuk menanam komoditas hortikultura.
Pada masa tanam rendengan atau penghujan, lahan sawah seluas seperempat hektare digunakan untuk menanam padi varietas Muncul Cilamaya dan mampu menghasilkan sekitar tiga ton gabah. Namun saat musim gadu, menanam padi dipastikan tidak akan maksimal. Pasalnya pasokan air sudah menyusut sejak dua bulan terakhir, dan berimbas sawah kering. Meski ada belik atau sumur permukaan, debit air terbatas hanya bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.

Supri menambahkan, sebelum musim tanam, ia memanfaatkan kotoran kerbau, ayam dan kambing untuk pupuk. Penebaran pupuk saat kemarau mempercepat pencampuran dengan jerami limbah hasil pertanian.
Proses pencampuran selama sebulan menambah kesuburan tanah untuk penanaman sayuran selama musim gadu. Penambahan pupuk organik akan dilakukan dengan sistem kocor pada saat penyiraman.
“Bagi petani lain, musim gadu lahan sawah kerap dibiarkan selama satu musim tanam tidak ditanami, tapi dari pada saya biarkan, lebih baik dipakai untuk menanam sayuran yang perawatannya lebih mudah,” kata Supri, Senin (17/6/2019).
Supri mengaku berencana menanam jenis sayuran sawi, bayam merah, bayam cabut, kangkung dan kemangi. Seperti pada musim tanam sebelumnya, penanaman sayuran memberinya keuntungan berlipat.