Rayakan Lebaran, Kue Tradisional Tetap Jadi Favorit
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Wajik kletik menurut Suryati dibuat dalam proses bertahap dengan menyiapkan beras ketan pilihan. Beras ketan yang sudah disiapkan akan digunakan sebagai kue wajik terlebih dahulu direndam agar lebih empuk.
Setelah direndam, proses selanjutnya bahan santan kelapa dimasak dalam wajan khusus dengan porsi lima gelas santan untuk satu kilogram beras ketan.
“Santan akan dicampur dengan beras ketan lalu diaru hingga meresap dan diberi tambahan daun pandan dan gula,” terang Suryati.
Setelah campuran ketan dan santan tercampur sempurna, tahap selanjutnya tambahan bahan berupa parutan kelapa ditaburkan pada adonan. Proses pengadukan dilakukan hingga parutan kelapa, ketan menjadi kering.
Saat ketan sudah cukup kering bisa dirasakan dengan menggigit ketan yang sudah matang. Gigitan yang terasa keras sebagai kletikan membuat kue wajik disebut wajik kletik.
Kue wajik kletik yang sudah diadon selanjutnya didinginkan pada wadah khusus. Setelah proses pendinginan dilakukan sebagai cara penyajian agar lebih mudah, kertas minyak sebagai pembungkus dipotong kecil-kecil.
Wajik kletik akan dibungkus dalam kertas minyak dengan ukuran satu sendok. Satu sendok wajik kletik dikemas dalam kertas minyak warna putih, hijau dan merah atau warna menarik lain.
Sebagian ketan putih dan hitam yang bisa digunakan sebagai wajik kletik, ketan dipakai sebagai bahan tapai ketan. Berbeda dengan wajik kletik, tapai ketan dibuat dengan proses fermentasi menggunakan ragi.
Bahan ketan yang sudah dikemas selanjutnya akan diberi taburan ragi khusus. Proses pemberian ragi atau disebut proses mengaru dilakukan pada tampah khusus. Pencampuran ragi dan ketan dilakukan sembari menyiapkan bungkus daun pisang.