Rayakan Lebaran, Kue Tradisional Tetap Jadi Favorit
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Suasana lebaran Idul Fitri 1440 H/2019, masih terlihat di sejumlah desa di Lampung Selatan (Lamsel).
Beberapa keluarga yang merayakan Idul Fitri memilih menggunakan waktu untuk silaturahmi dengan kerabat terdekat. Kegiatan silaturahmi lebaran menjadi kesempatan untuk menghidangkan sejumlah kuliner tradisional.
Suryati, warga desa Gandri, kecamatan Penengahan menyebut, kue tradisional yang dihidangkan kerap hanya muncul ketika hari lebaran.
Jenis kue yang dihidangkan diantaranya kue wajik kletik, tapai ketan hitam dan otak otak ikan. Wajik kletik menurut Suryati merupakan kue berbahan baku ketan yang dibuat hanya pada momen istimewa lebaran atau ketika hajatan pernikahan.

Hal yang sama juga pada kue tradisional tapai ketan dengan bungkus daun pisang. Proses pembuatan kerap dilakukan beberapa hari sebelum lebaran agar bisa disajikan selama Idul Fitri.
“Kue tradisional kerap dibuat sebagai hidangan para tamu, kerabat yang datang silaturahmi agar menikmati kue tradisional yang munculnya hanya saat hari istimewa,”terang Suryati, saat ditemui Cendana News, Sabtu (8/6/2019).
Kue wajik kletik salah satunya menurut Suryati dibuat berbarengan dengan kue tapai ketan. Sebab bahan baku beras ketan disediakan dari hasil panen sawah miliknya. Jenis ketan putih dan ketan hitam menurutnya kerap dibuat menjadi beberapa jenis kue tradisional.
Pembuatan kue wajik kletik menurutnya membutuhkan bahan ketan hitam dan putih, gula pasir, santan kelapa dan pandan.