Selain itu, fasilitas mudik gratis dengan bus, kendaraan roda dua yang difasilitasi pemerintah melalui dermaga lain, menjadi penyebab turunnya pemudik motor melalui Bakauheni.
Sesuai data, puncak arus mudik pejalan kaki melalui pelabuhan Bakauheni terjadi pada Minggu, (2/6) atau H-4, dengan jumlah penumpang 55.211 orang.
Sebaliknya, pada tahun sebelumnya puncak arus mudik terjadi pada H-5 Lebaran, dengan jumlah pemudik mencapai 53.382 orang. Puncak arus mudik kendaraan roda dua tahun ini terjadi pada H-3 atau 2 Juni 2019, sebanyak 1.111 unit motor diseberangkan dari Bakauheni ke Merak.
Naik turun atau fluktuasi jumlah pemudik juga terjadi pada pemudik yang memakai kendaraan roda empat. Sesuai data, jumlah pemudik kendaraan roda empat meningkat pada tahun ini.
Jika pada 2018, pengguna kendaran roda empat berjumlah 30.301 unit, pada 2019 mencapai 33.305 unit. Sesuai data tersebut, terjadi kenaikan pemudik kendaraan roda empat sebanyak 3.004 unit.
Kenaikan pemudik memakai bus tercatat mengalami kenaikan pada tahun ini. Sebelumnya, jumlah bus menyeberang melalui Bakauheni berjumlah 3.468 unit, lebih banyak 240 unit dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya 3.228 unit.
Sementara penurunan kendaraan truk terjadi pada tahun ini dengan jumlah 4.619 unit, atau mengalami penurunan 481 unit dibanding tahun lalu, yang sebanyak 5.100 unit.
“Sesuai data, angkutan lebaran tahun ini ada penumpang, kendaraan roda dua, bus dan truk mengalami kenaikan dan penurunan fluktuatif,” beber Hasan Lessy.
Penurunan dan kenaikan juga terjadi pada jumlah perjalanan (trip) kapal di lintasan Selat Sunda. Pada tahun lalu, selama sepekan sebelum Lebaran tercatat 786 trip, sementara tahun ini hanya mencapai 732 trip. Penurunan sebanyak 154 trip membuat produksi kapal lebih menurun.