Tradisi Sambut Ramadan di Aceh, Berburu Daging ‘Meugang’

Perayaan meugang di Aceh walau bukan sebuah kewajiban, namun sudah menjadi adat kebiasaan, sehingga jarang dijumpai dalam masyarakat Aceh yang tidak makan daging sapi atau kerbau menjelang Ramadan ini.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala itu, menjelaskan awalnya tradisi meugang menjelang puasa Ramadan ini dimulai sejak masa kepemimpinan Sultan Alaiddin Iskandar Muda Meukuta Alam (1607-1636).

“Pada saat itu sultan mengadakan acara menyembelih hewan ternak sapi dalam jumlah yang banyak dan dagingnya dibagi-bagikan kepada seluruh rakyatnya,” katanya mengisahkan.

Bagi masyarakat Aceh, kata dia hari meugang merupakan momentum sangat berharga dan dirayakan walaupun dengan kondisi keuangan seadanya.

“Biasanya masyarakat Aceh jauh-jauh hari telah mempersiapkan dana untuk menyambut tradisi meugang tidak terkecuali bagi warga miskin sekalipun,” kata M Adli Abdullah.

Ia menyebutkan, perayaan meugang memiliki beberapa dimensi nilai-nilai ajaran Islam dan adat istiadat masyarakat Aceh, yakni pertama nilai religius, dan kedua, nilai berbagi sesama.

“Bahkan, perayaan meugang ini merupakan momen bagi orang kaya untuk memberikan sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim, khususnya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka,” kata Adli Abdullah.

Ketiga, nilai kebersamaan. Itu mengandung arti bahwa tradisi meugang menjadi hal yang penting karena pada hari itu akan berlangsung pertemuan silaturrahim yang berada di kampung dengan yang baru pulang dari perantauan.

“Pada hari meugang itu, masyarakat menyantap aneka masakan berbahan utama daging sapi dan kerbau secara bersama-sama di rumah orangtua atau orang yang dituakan dalam keluarganya,” katanya menjelaskan.

Lihat juga...