Tradisi Sambut Ramadan di Aceh, Berburu Daging ‘Meugang’

Ruas-ruas jalan menuju pasar dadakan penjual daging sapi/kerbau itu pun macet, tumpah ruahnya masyarakat membeli daging pada hari meugang menjadi salah satu fenomena unik yang dijumpai seluruh daerah di provinsi ujung paling barat Indonesia.

Di kawasan Peunayong Kota Banda Aceh, misalnya ribuan warga memadati pasar sejak pukul 7.00 WIB. Daging sapi/kerbau segar diletakkan di atas bangku, dan ada juga yang digantung di tiang-tiang, terutama bagian paha dari binatang peliharaann tersebut.

Meugang atau dengan kata lain hari penyembelihan hewan sapi/kerbau di Aceh menjelang Ramadan, ada yang melakukannya dengan cara patungan atau meuripee itu untuk pembelian hewan sapi/kerbau.

Pembelian daging dengan cara meuripee itu biasanya dilakukan oleh komunitas atau kelompok masyarakat. Hasil meuripee tersebut, masyarakat membeli sapi/kerbau berdasarkan jumlah uang yang terkumpul.

Kemudian, daging-daging hasil meuripee yang telah dibersihkan dan dipotong-potong tersebut dibagikan sesuai catatan jumlah peserta patungan.

Masing-masing peserta patungan itu mendapatkan satu tumpuk, yang isinya daging khas, tulang, dan daging bagian dalam dari hewan yang disembelih.

Tradisi meugang yang dilaksanakan setiap menyambut bulan suci Ramadan itu sudah digelar di Aceh sejak ratusan tahun silam, dan memiliki makna sakral di tengah-tengah masyarakat religius di provinsi ini.

Bahkan, pelaksanaan meugang ini tidak hanya di lakukan menjelang puasa, tapi juga pada sehari menjelang hari raya Idul Fitri serta sehari menyambut pelaksanaannya hari raya Idul Adha.

Pengamat sejarah dan adat Aceh, M Adli Abdullah, mengatakan tanpa meugang bagi masyarakat “Serambi Mekah” ini seakan-akan terasa hambar dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan.

Lihat juga...