Komunitas dan Sanggar Seni di Flotim Perlu Berbenah
Editor: Mahadeva
LARANTUKA – Menggeliatnya sektor pariwisata seharusnya bisa menjadi peluang bagi pelaku seni dan budaya mengambil peran. Seni dan budaya seharusnya menjadi media pertunjukan yang bisa mendatangkan uang dan menggerakan ekonomi sebuah kota.
Perkembangan musik komunitas, lebih kuat terjadi di Kabupaten Sikka. Hal itu dikarenakan, telah ada sejak dulu dan intens menggelar latihan serta pentas. Sementara di Kabupaten Flores Timur (Flotim), komunitas–komunitas seni dan budayanya tidak terawat.

Untuk mempertahankan keberadaan sebuah sanggar seni budaya, butuh sebuah proses yang panjang. “Untuk mempertahankan sebuah sanggar dan komunitas seni budaya agar tetap hidup merupakan sebuah tantangan besar. Contohnya Teater Nara. Buat naskah, latih pemain, sutradara, cari uang dan lainnya, semua saya lakukan sendiri,” sebut Silvester Petara Hurit, pendiri Teater Nara, Minggu (26/5/2019).
Kalau menggelar latihan teater, Silvester harus menyiapkan konsumi, biaya produksi, akomodasi dan kebutuhan lainnya secara swadaya. Apalagi bila harus pentas di luar daerah. Kalau ada yang menyiapkan itu maka akan lebih mudah pekerjaannya.
Dengan kondisi yang ada seperti itu, bagaimana sanggar dan komunitas seni budaya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. “Seharusnya pemerintah mengambil peran itu, agar komunitas-komunitas seni dan sanggar-sanggar bisa hidup. Pemerintah punya tanggungjawab untuk mendukung kreatifitas masyarakat. Sebab geliat kota itu dipicu oleh komunitas kreatif yang menggerakan perekonomian,” tuturnya.