Kegiatan tersebut menampilkan beragam budaya seperti bregodo prajurit Keraton Yogyakarta, kesenian barongsai, hingga gunungan sayuran. Merti dapat dimaknai sebagai salah satu wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
“Saya kira, kegiatan ini merupakan agenda yang bagus dan diharapkan bisa rutin digelar menjelang bulan puasa. Kegiatan ini juga menjadi pemicu semangat bagi warga untuk terus berbenah sehingga Karangwaru akan terus berkembang,” kata Heroe.
Ia menambahkan bahwa tradisi dan budaya yang berkembang di masyarakat merupakan modal untuk menyatukan seluruh lapisan masyarakat sehingga perlu terus dipertahankan agar kerukunan dan persatuan warga terjaga dan terpupuk dengan baik.
Potensi Wisata
Bagi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, seni, budaya, dan tradisi yang berkembang di masyarakat merupakan potensi wisata yang perlu terus digali dan dipoles serta dipromosikan agar semakin dikenal dan menarik minat wisatawan untuk datang.
“Saat ini, selain berkunjung ke berbagai objek wisata, wisatawan pun berkeinginan untuk memperoleh pengalaman dan kenangan yang menarik selama berkunjung ke Yogyakarta. Kenangan ini bisa diberikan apabila wisatawan bisa menikmati suguhan wisata secara atraktif,” kata Kepala Bidang Atraksi Wisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Edi Sugiharto.
Khusus untuk tradisi dan budaya menjelang Ramadhan, seperti “ruwahan”, “apeman” hingga “merti kampung”, Edi mengatakan bahwa kegiatan tersebut memiliki potensi besar untuk diangkat sebagai atraksi wisata.
“Harus bisa bersinergi dengan paket wisata yang sudah dimiliki oleh kampung-kampung wisata. Jika dipromosikan secara baik, tentu otomatis akan mendatangkan wisatawan,” katanya.