Perajin Ikan Teri di Lamsel Kembali Beroperasi

Editor: Koko Triarko

Nurpendi menyebut, satu cekeng ikan teri jenis jengki dibeli dari nelayan bagan congkel seharga Rp180.000, berisi 15 kilogram. Pada kondisi minim tangkapan, harga ikan teri jengki bisa dibeli dengan harga Rp200.000 per kilogram.

Pasokan ikan teri yang mulai lancar membuat produksi ikan teri bisa berjalan dengan baik. Kondisi cuaca mendukung dengan panas cukup tinggi, membuat proses pengeringan lebih cepat. Butuh waktu dua hari untuk pengeringan ikan teri, dan sepekan saat musim penghujan.

Produksi ikan teri yang mulai normal, sebut Nurpendi, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan, yang banyak diminta oleh sejumlah pemilik usaha kuliner. Permintaan akan teri dari sejumlah distributor, mencapai dua hingga tiga ton, yang selanjutnya diecerkan ke sejumlah pasar tradisional.

Kebutuhan untuk pembuatan kuliner sebagai sambal teri dan peyek teri, membuat produksi teri meningkat.

“Produksi ikan teri selalu terpengaruh oleh pasokan dari nelayan bagan congkel sekaligus kondisi cuaca,”cetusnya.

Selain dari nelayan wilayah Lampung Selatan, pasokan ikan teri kerap diperoleh dari nelayan Lampung Timur. Saat pasokan ikan teri melimpah, bahan baku teri kerap dikirim ke sejumlah produsen pembuatan teri di wilayah Bakauheni, Ketapang serta Kalianda.

Pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari ikut mempengaruhi kualitas teri yang dihasilkan. Saat kondisi dominan hujan, teri kerap berjamur dan menurunkan kualitas teri yang dihasilkan.

Nanik, salah satu pekerja penyortiran ikan teri kering, menyebut memenuhi target untuk pesanan distributor. Distributor ikan teri kerap memesan dengan jumlah 1 ton hingga 2 ton. Satu kotak ikan teri kering yang sudah disortir, berisi sekitar 15 kilogram. Penyortiran dari ratusan senoko atau tempat penjemuran, kerap dilakukan oleh puluhan wanita di sekitar Muara Piluk. Satu pekerja wanita memperoleh upah harian sekitar Rp50.000.

Lihat juga...