Musim Angin Barat, Nelayan di Lampung Tidak Melaut

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Nelayan di pesisir barat Lampung Selatan beberapa hari terakhir memilih berhenti melaut. Angin barat mendorong nelayan beristirahat dari melaut dan memperbaiki alat kerjanya.

Hasan, salah satu nelayan di pantai Kalianda menyebut, nelayan tangkap jenis kasko dan ketinting memilih beristirahat karena musim angin barat. Nelayan memilih memperbaiki perahu sembari menunggu kondisi cuaca membaik.

Risiko keselamatan dan sulitnya mendapatkan ikan mendorong nelayan memilih istirahat. Peringatan dini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Lampung menyebut, tinggi gelombang bisa mencapai 1,25 hingga 2,50 meter. Gelombang tinggi tidak hanya berpotensi terjadi di pantai barat Lampung Selatan. Namun juga terjadi di Selat Sunda Utara dan Selat Sunda Selatan.

Hasan (kiri) dan Rasmin (kanan) memanggang papan kayu damar untuk pembuatan perahu – Foto Henk Widi

Kencangnya angin membuat nelayan memilih menaikkan perahu untuk menghindari benturan. Sementara, nelayan pemilik perahu besar masih nekat melaut meski areal tangkapan tidak terlalu jauh dari pantai.

Pada musim angin barat, potensi gelombang disebabkan kecepatan angin dari Samudera Hindia bisa mencapai 15 hingga 20 knots. Angin kencang tersebut berpotensi mengganggu aktivitas nelayan tradisional.

Nelayan yang masih nekat melaut terkadang memilih berlindung di sekitar Pulau Legundi, Pulau Sebuku dan Pulau Sebesi. Hasan bersama nelayan lain Rasmin, memanfaatkan libur melaut dengan membuat perahu jenis kasko. “Musim angin baratan kerap menjadi masa paceklik hasil tangkapan ikan, sehingga nelayan memilih beristirahat memperbaiki perahu serta peralatan tangkap lain,” terang Hasan saat ditemui Cendana News, Selasa (30/4/2019).

Lihat juga...