INDEF: RPJMN 2014-2019, tak Perhitungkan Tantangan Ekonomi Global

Editor: Koko Triarko

Ekonom senior INDEF, Fadhil Hasan, dalam acara diskusi pemanasan debat kelima di Jakarta, Kamis (11/4/2019). -Foto: Sri Sugiarti

Sehingga, menurutnya, ada kemungkinan resesi ekonomi di AS dalam 2 hingga 3 tahun ke depan. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi ekonomi dunia.

“Indonesia sebagai negara berkembang, tidak menutup kemungkinan akan ikut terdampak,” ujarnya.

Selain di AS, jelas dia, Cina juga tengah mengalami perlambatan ekonomi. Dalam tiga dekade ke belakang, ekonomi Cina bisa tumbuh dua digit. Namun, saat ini hanya sekitar 6,2-6,3 persen. Ini sangat signifikan dan berdampak ke Indonesia, karena Cina merupakan mitra ekspor terbesar.

Namun di sisi lain, penurunan harga komoditas di pasar global harus menjadi perhatian. Mengingat 60 persen ekspor Indonesia masih mengandalkan komoditas mentah daripada barang jadi. Karena itu, ekspor komoditas tidak bisa dijadikan sebagai sumber perekonomian dalam jangka waktu 2-3 tahun ke depan.

Ekonom senior INDEF, Nawir Messi, menambahkan, pemerintah ke depan jangan sebatas membanggakan revolusi industri 4.0 tanpa persiapan sumberdaya manusia (SDM) yang memadai.

Jika tidak diimbangi upaya perbaikan kualitas tenaga kerja, khususnya tingkat pendidikan, kata Nawir,  peta revolusi industri 4.0 hanya sekadar menjadi rencana.

“Boro-boro industri 4.0, 00 saja di kampung-kampung itu orang nggak ngerti. Omong kosong 4.0 kalau angkatan kerja kita saja masih didominasi lulusan sekolah dasar,” tukasnya.

Nawir mempertanyakan, revolusi industri ini bagaimana penyiapan dan antisipasi dampak negatifnya. “Nah, inilah yang harus dijawab dan dipaparkan oleh capres dan cawapres yang akan berdebat pada 13 April mendatang,” ujarnya.

Lihat juga...