Geradus, Tujuh Tahun Setia Jual Kayu Bakar

Editor: Makmun Hidayat

MAUMERE — Menjual kayu bakar merupakan salah satu profesi yang masih dijalani masyarakat di Nusa Tenggara Timur  terutama di perkotaan. Ini mengingat kebutuhan masyarakat akan kayu bakar saat ada acara pesta masih sangat tinggi terutama di kota Maumere.

“Saya sejak tahun 2012 mulai menekuni usaha menjual kayu bakar di Pasar Alok Maumere. Modal usaha saya pinjam sebanyak Rp1 juta dari koperasi harian dengan bunga 20 persen,” sebut Geradus Manyela, penjual kayu bakar di Pasar Alok Maumere, Selasa (9/4/2019).

Dikatakan Geradus, saat awal berjualan, dirinya bersama seorang penjual lainnya menempati lahan di sisi timur bagian selatan Pasar Alok. Setelah 4 tahun, keduanya diminta pindah oleh pengurus pasar ke lokasi di sisi barat sebelah utara pintu keluar Pasar Alok.

“Kayu bakar yang saja jual yakni kayu kusambi dan kayu lamtoro yang saya dapatkan dari masyarakat di Nirangkliung, Blidit, Kolisia dan daerah lainnya. Saya hanya menelpon dan penjual langsung mengantar ke tempat usaha saya,” ujarnya.

Untuk kayu Kusambi, terang Geradus, dirinya membeli dengan harga 3 ikat Rp10 ribu dan menjualnya kembali 3 ikat Rp 20 ribu. Sementara untuk kayu lamtoro dibeli dengan harga Rp10 ribu untuk 4 ikat dan dijual Rp20 ribu untuk 4 ikatnya.

“Paling ramai pembeli biasanya hari raya Natal, Paskah dan tahun baru, bisa mengantongi uang Rp700 ribu per harinya. Selain itu saat ada pesta sambut baru juga banyak pembeli,” ungkapnya.

Untuk hari lainnya, Geradus mengaku bisa mendapat pemasukan Rp400 ribu sampai Rp500 ribu. Dari pemasukan tersebut, dirinya bisa mendapatkan untung setengahnya dan ini terbilang lumayan baginya.

Lihat juga...