Petani Ikan Siasati Tingginya Harga Pakan dengan Lumut Sutera
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Mahalnya harga pakan ikan pabrikan jenis pelet, membuat sejumlah pemilik budi daya ikan memilih pakan alternatif, salah satunya Lumut Sutera (alga filamen).
Bima, salah satu pemilik kolam ikan Nila di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, mengaku masih memakai pakan pabrik. Meski demikian, karena harga per sak pakan mengalami kenaikan sekitar Rp20.000 hingga Rp30.000, membuatnya harus melakukan penghematan, dengan memanfaatkan lumut sutera (alga filamen).
Menurut Bima, Lumut Sutera tumbuh subur secara liar di sejumlah empang serta genangan air di wilayah aliran Way Sekampung. Saat musim hujan,Lumut Sutera berkembang lebih cepat sehingga sejumlah pembudidaya ikan Nila sengaja berburu lumut sebagai pakan.

Bima yang memiliki lima petak kolam ikan, menebar benih ikan sebanyak 10.000 ekor. Pemeliharaan dilakukan bertahap, karena ikan Nila bisa dipanen saat usia empat bulan untuk komsumsi.
Menurutnya, pencarian Lumut Sutera sangat sederhana, karena hanya bermodalkan serok, ember serta karung. Keberadaan empang serta genangan air yang menjadi habitat alami Lumut Sutera, membuatnya tidak perlu membudidayakan pakan alami tersebut.
Namun, pemilik lahan luas untuk kolam ikan kerap menyisakan lahan untuk budi daya Lumut Sutera sebagai cadangan pakan.
“Penggunaan Lumut Sutera sangat efektif, karena tidak memerlukan sistem pemeliharaan yang sulit, terutama saat musim hujan perkembangan lumut tersebut lebih cepat,” terang Bima, Senin (4/3/2019).