INDEF: Rencana Impor Bawang tak Efektif Atasi Masalah
SURABAYA – Lembaga kajian The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), menilai keputusan menugaskan Bulog untuk mengimpor bawang putih, guna menstabilkan harga dipandang tidak akan efektif dan bisa menimbulkan ‘moral hazard’ atau perilaku tidak jujur, dengan mengorbankan kepentingan pihak lain.
“Alih-alih bisa menurunkan harga, pemberian diskresi kepada Bulog justru berpotensi menimbulkan ‘moral hazard’. Kebijakan ini menafikkan keberpihakan terhadap petani bawang putih,” kata Direktur INDEF, Enny Sri Hartati, melalui pernyataannya, Sabtu (30/3/2019).
Menurut dia, permasalahan bawang putih sudah menjadi masalah klasik yang tidak selesai-selesai, karena persoalan data. Seharusnya, lanjut dia, jika pemerintah memang mengetahui tiap tahunnya ada permasalahan kekurangan stok, keputusan impor sudah dilakukan sebelum harga merangkak naik.
“Percuma kalau sekarang. Kalau memang mau ada penugasan, ya harusnya sudah dari beberapa bulan yang lalu. Kan impor bawang putih ini prosesnya tidak cuma seminggu dua minggu impornya,” katanya.
Selain itu, ia mempertanyakan keputusan pemerintah menugaskan Bulog untuk melakukan impor, karena jika memang penugasan maka seharusnya dibiayai oleh APBN, karena memang bertujuan sebagai buffer stock. Namun, ini tidak dapat terjadi dengan status Bulog sebagai BUMN.
Pada akhirnya, kata dia, penugasan impor kepada Bulog sifatnya juga mengarah komersialisasi. Potensi terjadinya ‘moral hazard’ pun bisa semakin besar terjadi.
“Nanti ujung-ujungnya Bulog kasih penugasannya ke importir lain. Sama seperti kasus penugasan daging. Ujung-ujungnya bukan Bulog yang ngimpor,” ujarnya.