Final IBL, Starpac Hadapi Satria Muda Pertamina
Praktis, partai final IBL 2018/2019 menjadi ajang pembuktian dua tim tersukses di kancah basket Indonesia.
Sementara Stapac berusaha membangun kembali emperium jawara mereka setelah empat tahun absen dari final, Satria Muda tentu berambisi untuk membuktikan mentalitas Juara Indonesia meski tengah berada dalam musim yang tak ideal.
Statistik Itu Pasti, Mentalitas Relatif
Mentalitas, jadi momok terberat yang ditandai oleh Giedrius Zibenas dalam perjuangannya menghadapi partai final melawan Satria Muda.
Zibenas bahkan dengan tegas mengatakan bahwa segala macam statistik yang tercatat dalam perjalanan timnya mencapai final tak ada lagi artinya ketika lemparan mula dilakukan di BritAma Arena.
Bagi pria yang sempat membantu timnas Indonesia di SEA Games 2017 itu, statistik musim ini tak membuat timnya berada dalam posisi favorit. Ia dengan tegas menyebut Satria Muda adalah favorit di final musim ini.
“Satria Muda punya lebih banyak pemain timnas dan bekal pengalaman merasakan atmosfer final musim lalu,” kata Zibenas sehari jelang partai final.
Namun apapun itu, bagi Zibenas, di musim debutnya ini tak ada satu pihakpun yang menuntut Stapac untuk menjadi juara. Itu adalah satu-satunya keuntungan yang ia perhitungkan dimiliki Stapac menyongsong final.
“Tentu pemain akan mendorong mereka untuk menjadi juara, wajar bagi setiap atlet. Tapi sebagai tim kami tidak ada tuntutan untuk harus menang,” katanya.
Ia berharap segenggam demi segenggam motivasi pengubah mentalitas yang telah coba dipupuknya kepada para pemain sepanjang musim ini bisa membuat timnya memanen di waktu yang tepat, final.
Panen itu bagi kapten Stapac, Oki Wira Sanjaya, bakal menjadi buah manis dari apa yang disebutnya pengorbanan sepanjang musim ini. Ia merujuk pada kondisi di awal musim ketika timnya harus pincang karena Abraham Damar Grahita, Kabel Ramot Gemilang dan Agassi Goantara dibutuhkan jasanya di timnas.