El Nino Lemah tak Pengaruhi Sirkulasi Monsun
Editor: Koko Triarko
“Menurut analisa, 82 ZOM atau 24 persen akan mengalami kondisi kemarau bawah normal, yaitu curah hujan musim kemarau lebih rendah dari rerata klimatologis dan 46 ZOM atau 13.4 persen, akan mengalami kondisi atas normal, yaitu lebih tinggi dari curah hujan reratanya,” urai Siswanto.
BMKG mengingatkan, sebagian wilayah NTT, NTB, Jawa Timur bagian Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bagian tengah dan selatan, sebagian Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan dan Riau serta Kalimantan Timur dan Selatan, perlu mewaspadai musim kemarau yang akan datang lebih awal.
“Kewaspadaan dan antisipasi dini juga diperlukan untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya, yaitu di wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa bagian Selatan dan Utara, sebagian Sumatra, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Merauke,” ujar Siswanto.
Secara umum, Puncak Musim Kemarau 2019 diprediksi akan terjadi pada Agustus – September 2019.
“Kami mengimbau untuk institusi terkait, pemerintah daerah dan seluruh masyarakat agar terus waspada dan bersiap terhadap kemungkinan dampak musim kemarau, terutama wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih,” kata Siswanto.