SLEMAN – Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggencarkan kegiatan pemberantasan hama tikus untuk mengaktifkan lagi lahan pertanian yang telah bertahun-tahun tidur tidak digarap petani.
“Beberapa lahan sawah sudah hampir empat tahun menjadi lahan tidur yang kurang produktif. Serangan hama tikus menjadi penyebab enggannya masyarakat untuk menggarap sawah,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Rofiq Andriyanto di Sleman, Sabtu.
Menurut dia, pengaktifan kembali lahan tidur tersebut juga untuk meningkatkan produksi beras, karena adanya penyusutan lahan pertanian di Sleman.
“Kami akan memberikan pendampingan intensif ke petani. Terutama lahan pertanian di Dusun Klampis, Moyudan. Karena ‘eman‘ (sayang) kalau lahan seluas 3,5 hektare di Dusun Klampis ini tidak digarap,” katanya.
Ia meminta agar petani memasang trap barier system (TBS) untuk mengantisipasi serangan hama tikus. Karena untuk menerapkan mina padi, di daerah tersebut selalu terkendala dengan keamanan.
“Memang air mengalir terus, tapi jarak rumah dengan sawah jauh, sehingga dari penuturan petani, yang panen ikan justru orang lain alias dicuri,” katanya.
Rofiq mengatakan, gerakan gropyokan hama tikus juga menjadi solusi untuk mencegah dicurinya beras Sleman. Dari dua kali gropyokan sudah ditemukan 486 ekor tikus.
“Kami juga memberikan ganti untuk petani yang menangkap tikus per ekor tikus sebesar Rp3.000,” katanya.
Ia mengatakan, selain itu petani juga diminta untuk mengajukan asuransi usaha tani padi (AUTP) untuk mengantisipasi risiko jika padi mengalami serangan hama tikus.