Sambut Nyepi, Umat Hindu di Ketapang Membuat Ogoh-Ogoh

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1941, akan jatuh pada Kamis (7/3/2019). Umat Hindu yang ada di wilayah Lampung Selatan (Lamsel), menjadi salah satu yang akan merayakannya.

Agung Putra, Pemangku Pure Amerta Sari, Desa Sripendowo, Kecamatan Ketapang menyebut, ogoh-ogoh dibuat oleh setiap banjar atau desa adat, yang sebagian warganya memeluk agama Hindu. Ogoh-ogoh merupakan simbol sifat jahat, yang ada di dalam diri manusia. Oleh karenanya, ogoh-ogoh dibentuk menyeramkan, menyerupai raksasa, atau binatang.

Pembuatan ogoh-ogoh dilakukan secara gotong royong oleh umat Hindu yang ada di dalam satu banjar. Tradisi gotong royong masih dipertahankan, karena pembuatan ogoh-ogoh dapat menumbuhkan kreativitas. “Setiap tahun menjelang Nyepi, kami membuat ogoh-ogoh dengan bentuk berbeda. Umumnya berupa patung raksasa satu berukuran besar dan kecil, untuk diarak pada malam menjelang Nyepi,” terang Agung Putra, kepada Cendana News, Selasa (26/2/2019).

Pada tahun ini, ogoh-ogoh yang dibuat akan diarak dari Pura Amerta Sari, menuju ke perempatan desa, lalu diarak kembali menuju ke lokasi pembakaran.

Pura Amerta Sari,Desa Sripendowo,Kecamatan Ketapang Lampung Selatan – Foto Henk Widi

Wayan Murdi, salah satu warga pembuat ogoh-ogoh di aula Pura Amerta Sari menyebut, ogoh-ogoh yang dibuat berukuran tinggi tiga meter dan lebar sekira dua meter. Bahan yang digunakan, kayu sengon, bambu tali, kertas, busa, kain. Warga menggunakan waktu luang saat sore hari sepulang melakukan aktivitas, untuk membuat ogoh-ogoh. “Sebagian warga merupakan petani, sehingga proses pembuatan ogoh-ogoh dilakukan sesuai pulang dari kebun secara bergiliran,” terang Wayan Murdi.

Lihat juga...