Pengelolaan Investasi Asing Harus Lebih Diperhatikan 

Editor: Mahadeva

 Aryo Dharma Pahla Irhamma. Foto : Sri Sugiarti 

JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai, kualitas pengelolaan investasi asing di Indonesia belum cukup untuk mengakselerasi perekonomian nasional. 

Peneliti INDEF, Aryo Dharma Pahla Irhamma, mengatakan, pertumbuhan ekonomi di 2018 berada di level 5,17 persen. Ini disebabkan penyerapan dan penyaluran investasi, yang tidak terkelola dengan baik. Dia berharap, pertumbuhan ekonomi akan terjadi lebih tinggi di 2019.

“Dari realisasi persektor, misalnya pengolahan turun. Nah, sementara sektor jasanya tinggi sekali. Ini investasi tidak berkualitas, karena faktor realisasi itu,” kata Arya pada diskusi INDEF, Tantangan Mendorong Pertumbuhan dan Menarik Investasi di Tahun Politik, Kamis (7/2/2019).

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (PBKM), di 2018 realisasi investasi sektor pengolahan hanya mencapai Rp222,3 triliun. Jumlah tersebut, jauh lebih rendah dibanding realisasi investasi sektor jasa yang mencapai Rp366 triliun.

Dia menilai, pengelolaan investasi di Indonesia masih terfokus pada nilai yang dicapai. Padahal, sektor industri seharusnya mendapat porsi lebih. Terutama untuk menggenjot produk berorientasi ekspor, yang dapat berdampak langsung kepada neraca perdagangan.

Foreign Direct Investment (FDI) disebutnya lebih dari investment value. Sedangkan investasi di Indonesia, kebanyakan market-seeking atau resource-seeking. “Problemnya itu, jadi tidak ekspor oriented tapi malah impor. Padahal FDI itu lebih dari Investment value,” tukasnya.

Penerapan pelayanan perizinan, berusaha terintegrasi secara elektronik atau Online Single Submission (OSS), juga belum berperan signifikan. Masih banyak tantangan internal, yang perlu dibenahi untuk menumbuhkan investasi. “Saya lihat ada faktor internal, karena sejak 2018, OSS dipindahkan ke Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi (Kemenko Perekonomian),” ujarnya

Lihat juga...